My Wonderful Parenting Journey

share what i know, what i learn

Haruskah Balita Masuk Prasekolah? 24 Maret 2010

Filed under: Uncategorized — melissasuryaningtyas @ 12:34 AM

Tidak Harus! Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi, pakar perkembangan dan pendidikan anak, masuk playgroup itu tidak harus. Selama ada yang bisa menjaga anak dengan aman di rumah dan mampu menstimulasi dengan baik, balita tidak harus masuk playgroup. Dan sepanjang orangtua atau pengasuh mampu menerapkan berbagai parenting style yang tepat, anak tak harus masuk sekolah sebelum usia 4 tahun. “Dengan pola pengasuhan yang baik di rumah, balita justru bisa bermain dengan lebih bebas dan tenang. Tentunya juga perlu tambahan pengalaman bermain di luar rumah dengan para tetangga,” terang Nina.

Soal indikator, menurut Nina berbeda untuk tiap usia. Rata-rata anak dikatakan cukup siap sekolah jika dia sudah lebih bisa mandiri dan tak terlalu menempel kepada orangtua. “Dia juga sebaiknya sudah bisa mengontrol buang airnya sehingga tak terus-terusan ngompol atau buang air besar,” jelas Nina.
Menurut Nina, anak di bawah 4 tahun boleh masuk sekolah jika syarat-syarat ini terpenuhi:

  • Tidak ada yang bisa memastikan keamanan anak di rumah. Misalnya, karena yang menjaganya di rumah adalah pengasuh yang belum sepenuhnya kita percaya.
  • Tidak ada yang mengerti cara menstimulasi anak sesuai usianya. Misalnya, karena anak pertama, ibu atau pengasuh hanya membiarkannya saja untuk menonton TV karena tak tahu apa yang harus dilakukan atau karena malas.
  • Tidak punya waktu untuk menstimulasi, misalnya ibu bekerja.
  • Tak ada yang paham tentang pengasuhan yang tepat untuk anak, sehingga anak terus saja dimarahi.
  • Tak ada yang mengerti apakah anak normal atau ada gangguan dalam perkembangannya.
  • Anak memang betul-betul terlihat punya minat pergi ke sekolah, tapi yang terakhir ini tak boleh dipaksa, karena walaupun berminat, mungkin saja sesekali dia malas sekolah.

Jangan memaksa! Orang tua jangan terlalu bergantung pada sekolah. Sekarang ini ada beberapa sekolah yang menerima anak kurang dari 6 bulan. Sebenarnya, anak akan lebih baik berkembang di rumah dalam masa balitanya. Jangan memaksakan anak untuk sekolah terlalu dini. Menurut banyak penelitian, anak yang terlalu muda bersekolah, mungkin saja bisa mengikuti pelajaran tapi seringkali memiliki masalah dalam perkembangan emosi dan sosialnya kelak. Jika di rumah, memang tidak ada yang bisa mengasuh secara aman dan menstimulasi anak dengan tepat, boleh-boleh saja anak bersekolah. Pilih sekolah yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan balita.

Memilih Prasekolah. Menurut Nina, sekolah terbaik itu tak ada. Yang ada adalah sekolah yang paling tepat untuk balita kita. Contohnya, sekolah harus tidak terlalu jauh dari rumah, paling jauh adalah 30 menit perjalanan (Menghitungnya bukan dari jarak tempuh namun waktu tempuh, mengingat sekarang jalanan begitu macet). Jika anak aktif, ada baiknya bersekolah di sekolah yang memiliki halaman luas dengan kurikulum yang memungkinkan balita punya berbagai kegiatan aktif. Sementara untuk anak yang cenderung pemalu, lebih baik pilih yang jumlah anak di kelasnya sedikit saja atau guru berhasil mengenalkan anak kepada beberapa teman yang minatnya sama (tentu saja baik sekali kalau guru mengenal anak secara pribadi).”

Bagi orangtua yang merasa perlu memasukkan balitanya ke prasekolah, penting untuk mengecek apakah anaknya berkembang sesuai dengan usianya atau ada keterlambatan yang harus segera dikejar,” terang Nina. Karena, tujuan sekolah di usia dini bukanlah untuk mempersiapkan diri masuk SD, tapi lebih berupa stimulasi yang tepat untuk usianya.

Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk prasekolah terutama adalah bagaimana si guru memperhatikan dan mengasuh anak, karena guru sebetulnya adalah pengganti orangtua di sekolah. Selain itu, prasekolah sebaiknya mengutamakan anak senang sekolah, bukannya menuntut anak menguasai kurikulum tertentu. Fasilitas yang lain hanyalah tambahan.

Sumber: Ayahbunda

 

Elemen Penting Highchair

Filed under: Serba Serbi Bayi — melissasuryaningtyas @ 12:22 AM
Tags: ,

Ketika saat makan bayi dan batita tiba, highchair berfungsi untuk membantu Anda menyuapinya. Namun jika pilihannya salah, maka highchair tidak akan berfungsi dengan benar.

Ada 3 elemen penting highchair yang perlu Anda perhatikan ketika Anda ingin membeli kursi yang akan membantu Anda memberi makan bayi dan batita ini.

Rangka/tubuh. Pilihlah highchair yang gampang dilipat dan disimpan. Beberapa highchair, khususnya yang terbuat dari kayu, tidak bisa dilipat. Pilihan highchair yang mudah dilipat menjadi kecil dan mudah disimpan atau dibawa, bisa menjadi pilihan yang menyenangkan untuk Anda yang suka bepergian. Ada pula jenis highchair yang bisa diturunkan, sehingga lebih pendek ketika Anda harus duduk di lantai. Highchair jenis ini juga akan lebih memudahkan batita duduk tanpa bantuan.

Tempat duduk. Tempat duduk pada highchair harus cukup besar untuk batita yang sedang bertumbuh, namun juga cukup nyaman untuk menyangga bayi. Tempat duduk yang tidak terlalu tegak (agak berbaring) akan lebih cocok dan nyaman untuk digunakan bayi yang lebih muda. Sarung dan bantalan tempat duduk pun akan lebih baik jika bisa dibersihkan dengan mudah. Jangan lupa untuk memerhatikan faktor keamanan tempat duduk agar bayi atau batita tidak jatuh, atau merosot ke bawah.

Meja. Ada dua pilihan meja highchair, yang menempel langsung pada highchair dan meja yang bisa dilepas dari highchair. Memang lebih praktis jika meja menjadi satu dengan kursinya, namun jika meja tersebut bisa dilepas, anak bisa ikut makan di meja makan sambil tetap duduk di highchairnya. Meja highchair sebaiknya juga bisa digunakan baik untuk meletakkan makan maupun mainan. Sambil menunggu makanannya, bayi atau batita bisa memaksimalkan kemampuan koordinasi mata dan tangannya dengan mainan yang diletakkan di meja highchair.

Saat ini memang banyak model dan jenis highchair yang lucu-lucu. Namun, apapun pilihan Anda ketika belanja highchair, kenyamanan, keamanan, dan kepraktisannya harus menjadi prioritas utama.

sumber: Ayahbunda

 

Jadwal Imunisasi 8 Februari 2010

Filed under: Kesehatan Bayi — melissasuryaningtyas @ 11:15 PM
Tags: , ,

moms, sudah tahu kapan jadwal imunisasi selanjutnya si kecil?? jangan sampai ada yang lupa yaa moms.. ini dia jadwal imunisasinya….

 

Khasiat Tempe

Filed under: Makanan — melissasuryaningtyas @ 10:38 PM
Tags: , ,


Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.

Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.

Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.

Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).

Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.

Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.

Asam Lemak

Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya.

Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.

Vitamin

Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).

Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe; vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii.

Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.

Mineral

Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.

Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.

Antioksidan

Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.

Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.

Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini.

Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara.

Sumber: forum